TELADAN KI HAJAR DEWANTARA
Setiap
memperingati Hardikna nama Ki Dajar Dewantara tak pernah bisa di lepaskan.
Bahkan hari lahir beliau 2 Mei kita jadikan hari pendidikan Nasional. Ini
sekaligus sebagai tokoh pendidikan terbesar di negeri kita.
Ki
Hajar Dewantara lahir 2 Mei 1899 di Yogyakarta. Nma aslinya adlah Raden
Soerjaningrat. Ayahnya adalah Soerjaningrat putra sulung Paku Alam III. Meski berasal dari keturunan
bangsawan, Ki Hajar Dewantara sangat dekat dengan rakyat biasa. Ia sering tidur
dan bermain dengan anak-anak biasa.
Rasa
kebangsaan Ki Hajar Dewantara sudah kelihatan sejak masih kecil. Ia sering
merasakan tidak enaknya hidup di bawah penjajahan bangsa lain, yakni bangsa
Belanda.
Setelah
lulus dari sekolah rendah Belanda ( Europeesche Lagere School ). Setahun
kemudian, ia pindah kesekolah dokter atau STOVIA di Batavia, Jakarta zaman dulu
masih benama Batavia.
Disana,
ia mendapatkan banyak teman . Mereka berasal dari bebagai suku. Melalui
pergaulan dengan pelajar berbagai daerah serta pendidikan yang ia alami , rasa
kebangsaan Ki Hajar Dewantara semakin kuat.
Cita-cita
Ki Hajar Dewantara adalah ingin mengangkat harga diri bangsa indonesia sejajar
dengan bangsa lain. Untuk itu Ki Hajar Dewantara merasa perlu memberikan
pendidikan bagi rakyat bumi putera. Untuk melaksanakan keinginannya itu, antara
lain ia mendirikan sekolah Taman Siswa. Sekolah ini didirikan 3 Juli 1922 di
Yogyakarta.
Dalam
dunia pendidikan sekarang ini, kita jumpai semboyan Tut Wuri Handayani .
Semboyan ini merupakan bagian dari semboyan yang di cetuskan oleh Ki Hajar
Dewantara dalam pendidikan di Taman Siswa.
Semboyan
itu lengkapnya berbunyi Ing Ngarsa Sung
Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Maksudnya adalah bila ada
di tengah kelompok, kita sebaiknya memberikan teladan. Bila berada di tengah
,kita berusaha membangkitkan semangat kerja,dan bila di belakang hendaknya kita
mendorong dan memberikan semangat.